Hadi adalah anak seorang petani didesa Sukapura. Nama lengkapnya Abdul Hadi. Di sekolahnya, dia sering disebut dengan julukan Raja Onar. Julukan itu diambil dari perilakunya yang selalu membuat gaduh di kelas, tak hanya itu dia juga sering sekali berkelahi dengan para anak brandalan di sekolahnya. Dia menjadi seperti itu sejak ditinggalkan oleh kedua orang tuanya yang wafat satu tahun yang lalu. Meskipun demikian, dia selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik. Hal itu terbukti, walaupun sering disebut raja onar tak berarti dia itu bodoh, malah sebaliknya dia adalah murid yang sangat cerdas. Dia mendapat beasiswa disekolahnya sampai dia lulus SMA.
Kehidupan sehari-harinyapun sangat menyedihkan, di pagi hari dia berangkat sekolah, sepulang sekolah dia pergi ke sawah, dan pada sore hari dia pergi ke danau dekat rumahnya untuk memancing ikan sebagai makannya dan malamnya dia membuat mainan anak-anak untuk dijualnya besok . Kegiatan-kegiatan itulah yang dia lakukan setiap hari. Dia belajar sesudah sholat tahajud, dan setelah itu dia tidur kembali.
Suatu hari di sekolahnya, ada siswa baru yang sangat cantik. Dia adalah Rani, nama lengkapnya Maha Rani Puspita. Selain cantik dia juga anak yang sopan dan juga cerdas. Rani adalah anak dari bangsawan dari desa Sumber Asih. Berbeda dengan Hadi yang sebatang kara, dia adalah anak yang sangat kaya raya. Ayahnya adalah seorang juragan sapi yang terkenal. Ibunya adalah pedagang sayuran yang terkenal pula. Kehidupan Rani ini sangat memadai, bahkan dia belum pernah merasakan kelaparan sama sekali.
Kebiasaan Hadi yang suka celometan dalam kelas, seakan terhenti ketika gadis itu memperkenalkan dirinya. Dia terpaku atas pesona gadis cantik tersebut, tak sepatah katapun ia ucapkan saat itu, dia memperhatikannya dengan penuh khitmat. Setelah gadis itu selesai memperkenalkan dirinya, Hadi kembali lagi salah tingkah, dengan lugunya dia mengucapkan “OH MY DARLING” kepada Rani yang masih berdiri didepan kelas. Teman-teman Hadipun langsung mentertawainya dan Ranipun malu karena perilaku Hadi tersebut...
Sejak itu, Hadi selalu memikirkannya setiap saat. Selalu terbanyang olehnya untuk ngobrol berdua dengan Rani gadis idamannya itu. Namun, dia malu untuk mengajaknya berbicara, dia malu karena Rani adalah anak seorang bangsawan dari desa Sumber Asih sedangkan dia hanyalah seorang petani kecil yang sangat miskin.
Sehari, Seminggu, dan Sebulan berlalu, dia masih menyimpan perasaannya itu. Hingga suatu hari, dia memberanikan diri untuk mengajaknya ngobrol. Dengan langkah malu-malu dia bertanya pada Rani “Sebulan yang lalu, kamu memperkenalkan diri. Sekarang, bolehkah aku memperkenalkan diri padamu ???”tanya Hadi pada Rani. “Ada apa kau ini, kenapa tingkah lakumu seperti itu ???, aku kan jadi takut” jawab Rani. Hati Hadipun berdebar debar ketika mendengar jawaban Rani, saking berdebar debarnya Hadipun pingsan di pangkuan Rani. Ranipun langsung kaget dan takut, dengan rasa yang tidak karuan Rani pergi ke UKS untuk mengambil obat untuk Hadi. Eh,... ketika Rani ingin mengobatinya dia malah terbangun sambil tersenyum manis pada Rani. “Wawwwwww,... Teriak Rani melihat Hadi bangun ketika ia ingin mengobatinya”, ”Maafkan saya, saya tidak bermaksud. Habisnya saya sangat gugup ngobrol dengan gadis cantik sepertimu” ucap Hadi sambil gugup. “Ah, kau ini ada-ada saja. Tak perlu segitunya lagi... aku ini seperti anak perempuan yang lainnya kok, jadi kamu gag usa gugup berbicara denganku” balas Rani sambil tersenyum pada Hadi. “Saya benar-benar minta maaf ya... Oh ya perkenalkan nama saya Hadi, Abdull Hadi dari desa Suka Pura” Hadi memperkenalkan diri pada Rani, dan akhirnya mereka berdua kembali ke kelas sambil ngobrol bersama. Hadipun tak gugup lagi ketika berbicara dengan Rani.
Mulai dari saat itu, Hadi sering sekali ngobrol, main, dan belajar bersama Rani. Ranipun senang, ternyata anak yang dulunya ia anggap idiot ternyata anak yang menyenangkan dan juga cerdas. Hidup Hadipun menjadi bermakna dengan kehadiran Rani dalam hidupnya. Hari demi hari mereka mengukir pengalaman yang menyenangkan dan menggemaskan.
Suatu saat, Perasaan Hadi mulai memuncak. Dia ingin bilang kepada Rani sebuah kata yang simple tetapi sangat sulit diucapkan, kata itu adalah “Maukah kamu menjadi pacarku”,... Kata itu sangat ingin ia sampaikan kepada Rani, tapi dia malu untuk mengucapkan itu.
Ketika hari valentine, Hadipun memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya pada Rani. Cara yang Hadi lakukanpun terbilang sangat unik, dia mengungkapkan perasaannya itu melalui surat, surat itu diberikan dengan cara mengirim seekor burung merpati kepada Rani yang sedang istirahat di Taman. Rani terkejet dengan kehadiran seekor burung merpati yang membawa surat kepadanya, diapun membuka surat yang dibawa burung merpati tersebut. Rani langsung terkejut ketika membuka dan mengetahui isi surat itu. Dan saat itu pula ia meneteskan air matanya, tetesan air mata itu terus bertetesan tiada henti. Hingga akhirnya dia membuang surat tersebut dan bergegas pulang.
Melihat hal itu, Hadipun sangat terpukul. Tak jauh beda dengan Rani, Hadipun ikut meneteskan air matanya tiada henti. Hal itu menjadi pengalaman yang paling berharga dalam hidup Hadi.
Keesokan harinya, ketika Hadi mendekati Rani, Ranipun lari meninggalkannya, dan ketika Hadi mencoba untuk mendekati Rani lagi, Rani pun melakukan hal yang sama lagi. Perilaku Rani itu membuat hati Hadi semakin sedih, niat hati untuk minta maaf menjadi sirna seketika. Semenjak itu, keduanya saling menjauh dan tak berteman lagi.
Melihat perilaku Hadi dan Rani, teman-temannya jadi penasaran, dan menanyakannya pada Hadi dan Rani, tetapi keduanya tak mau mengucapkan sepatah kata apapun. Semua pertanyaan teman tak mereka hiraukan sama sekali. Hingga, ketika pelajaran B. Indonesia, giliran P. Farhan bertanya pada Hadi. Namun apa yang terjadi, dia masih tidak mengucap sepatah katapun. Hal itu tak membuat rasa penasaran P. Farhan sirna, dia merayu Hadi dengan lebih halus lagi, dan akhirnya Hadi mau mengucapkan kejadian yang sebenarnya tapi dia minta untuk merahasiakan hal ini dari teman-temannya. Hadipun menceritakan semuanya pada P. Farhan. Setelah menceritakan semuanya, P. Farhan memberi semangat pada Hadi dengan sebuah kata-kata ”Jika kau memang mencintai seseorang, maka kejarlah cinta tersebut tanpa ada rasa ragu sedikitpun” , kata-kata itu langsung membangkitkan semangat Hadi untuk mengungkapkan perasaannya secara langsung pada gadis cantik jelita idamannya.
Tak berlama lama, pada hari itu juga Hadi mencari Rani gadis idamannya tersebut. Seluruh sudut ruangan dia telusuri, bertanya kesana kemari, semua itu dia lakukan demi gadis idamannya. Detik, Menit, dan Berjam jampun dia mencari Rani tapi tidak ada hasilnya. Namun, semua itu tak mematahkan semangat Hadi untuk menemui Rani. Hingga akhirnya tinggal satu tempat yang belum ia datangi, Taman. Diapun langsung bergegas pergi ke taman belakang sekolah. Ternyata tak sia-sia dia menemukan Rani sedang duduk-duduk disana. Dia berlari dan langsung memegang tangan Rani.
“Rani,... Sejak awal aku bertemu denganmu, kau telah memikat hatiku. Ketika kau melihat diriku, hatiku gemetar tak menentu. Dan ketika kau berbicara dengan diriku, saat itulah kau telah meluluhlantakan hatiku. Hari ini aku ingin mengucapkan sesuatu padamu, Maukah kau menjadi kekasihku ???” Rayu Hadi pada Rani. “Awalnya aku memang membencimu, namun ketika kau mulai mencoba untuk mengajakku ngobrol aku mulai sadar bahwa kau anak yang menyenangkan. Tapi, kenapa kau melakukan hal ini. Jujur, sebenarnya aku juga mencintaimu, hanya saja aku kira kita tidak akan bisa bersatu. Status kita berbeda, bukannya aku ingin membedakan kaya dan miskin tapi ....”Jawab Rani sambil meneteskan air mata. “Tapi,.... Tapi kenapa Ran ???” tanya Hadi dengan penuh rasa penasaran. “Tapi,... Tapi,... Tapi aku sudah dijodohkan oleh orang tuaku dengan anak bangsawan dari desa Sumber sari... Maafkan aku Had, mungkin lebih baik kita berteman saja...” Dengan penuh air mata Rani menjawab pertanyaan Hadi tersebut.
Hadipun terpukul, dia sangat kecewa atas apa yang selama ini terjadi. Dia menyesal, kenapa dia harus dipertemukan dengan gadis bangsawan yang cantik jelita yang bisa meluluhlantakan hatinya. Dengan perasaan sedih Rani minta maaf pada Hadi dan langsung meninggalkannya. Tapi, Hadi langsung menghalanginya, “Tunggu,... mungkin selama ini aku salah telah mencintaimu. Mungkin aku juga salah menaruh seluruh perasaanku kepadamu. Oleh karena itu, aku minta maaf atas segala kejadian yang telah terjadi, Kamu benar sebaiknya kita menjadi sahabat saja. Nasibku sama seperti singkong sawah yang tidak dapat disamakan bahkan digabungkan dengan keju mewah karena perbedaan tahta antar keduanya”. Ujar Hadi dengan penuh rasa sedih.
Mulai sejak itulah, mereka berdua menjadi sahabat, bukan menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai.
SEKIAN...
Kehidupan sehari-harinyapun sangat menyedihkan, di pagi hari dia berangkat sekolah, sepulang sekolah dia pergi ke sawah, dan pada sore hari dia pergi ke danau dekat rumahnya untuk memancing ikan sebagai makannya dan malamnya dia membuat mainan anak-anak untuk dijualnya besok . Kegiatan-kegiatan itulah yang dia lakukan setiap hari. Dia belajar sesudah sholat tahajud, dan setelah itu dia tidur kembali.
Suatu hari di sekolahnya, ada siswa baru yang sangat cantik. Dia adalah Rani, nama lengkapnya Maha Rani Puspita. Selain cantik dia juga anak yang sopan dan juga cerdas. Rani adalah anak dari bangsawan dari desa Sumber Asih. Berbeda dengan Hadi yang sebatang kara, dia adalah anak yang sangat kaya raya. Ayahnya adalah seorang juragan sapi yang terkenal. Ibunya adalah pedagang sayuran yang terkenal pula. Kehidupan Rani ini sangat memadai, bahkan dia belum pernah merasakan kelaparan sama sekali.
Kebiasaan Hadi yang suka celometan dalam kelas, seakan terhenti ketika gadis itu memperkenalkan dirinya. Dia terpaku atas pesona gadis cantik tersebut, tak sepatah katapun ia ucapkan saat itu, dia memperhatikannya dengan penuh khitmat. Setelah gadis itu selesai memperkenalkan dirinya, Hadi kembali lagi salah tingkah, dengan lugunya dia mengucapkan “OH MY DARLING” kepada Rani yang masih berdiri didepan kelas. Teman-teman Hadipun langsung mentertawainya dan Ranipun malu karena perilaku Hadi tersebut...
Sejak itu, Hadi selalu memikirkannya setiap saat. Selalu terbanyang olehnya untuk ngobrol berdua dengan Rani gadis idamannya itu. Namun, dia malu untuk mengajaknya berbicara, dia malu karena Rani adalah anak seorang bangsawan dari desa Sumber Asih sedangkan dia hanyalah seorang petani kecil yang sangat miskin.
Sehari, Seminggu, dan Sebulan berlalu, dia masih menyimpan perasaannya itu. Hingga suatu hari, dia memberanikan diri untuk mengajaknya ngobrol. Dengan langkah malu-malu dia bertanya pada Rani “Sebulan yang lalu, kamu memperkenalkan diri. Sekarang, bolehkah aku memperkenalkan diri padamu ???”tanya Hadi pada Rani. “Ada apa kau ini, kenapa tingkah lakumu seperti itu ???, aku kan jadi takut” jawab Rani. Hati Hadipun berdebar debar ketika mendengar jawaban Rani, saking berdebar debarnya Hadipun pingsan di pangkuan Rani. Ranipun langsung kaget dan takut, dengan rasa yang tidak karuan Rani pergi ke UKS untuk mengambil obat untuk Hadi. Eh,... ketika Rani ingin mengobatinya dia malah terbangun sambil tersenyum manis pada Rani. “Wawwwwww,... Teriak Rani melihat Hadi bangun ketika ia ingin mengobatinya”, ”Maafkan saya, saya tidak bermaksud. Habisnya saya sangat gugup ngobrol dengan gadis cantik sepertimu” ucap Hadi sambil gugup. “Ah, kau ini ada-ada saja. Tak perlu segitunya lagi... aku ini seperti anak perempuan yang lainnya kok, jadi kamu gag usa gugup berbicara denganku” balas Rani sambil tersenyum pada Hadi. “Saya benar-benar minta maaf ya... Oh ya perkenalkan nama saya Hadi, Abdull Hadi dari desa Suka Pura” Hadi memperkenalkan diri pada Rani, dan akhirnya mereka berdua kembali ke kelas sambil ngobrol bersama. Hadipun tak gugup lagi ketika berbicara dengan Rani.
Mulai dari saat itu, Hadi sering sekali ngobrol, main, dan belajar bersama Rani. Ranipun senang, ternyata anak yang dulunya ia anggap idiot ternyata anak yang menyenangkan dan juga cerdas. Hidup Hadipun menjadi bermakna dengan kehadiran Rani dalam hidupnya. Hari demi hari mereka mengukir pengalaman yang menyenangkan dan menggemaskan.
Suatu saat, Perasaan Hadi mulai memuncak. Dia ingin bilang kepada Rani sebuah kata yang simple tetapi sangat sulit diucapkan, kata itu adalah “Maukah kamu menjadi pacarku”,... Kata itu sangat ingin ia sampaikan kepada Rani, tapi dia malu untuk mengucapkan itu.
Ketika hari valentine, Hadipun memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya pada Rani. Cara yang Hadi lakukanpun terbilang sangat unik, dia mengungkapkan perasaannya itu melalui surat, surat itu diberikan dengan cara mengirim seekor burung merpati kepada Rani yang sedang istirahat di Taman. Rani terkejet dengan kehadiran seekor burung merpati yang membawa surat kepadanya, diapun membuka surat yang dibawa burung merpati tersebut. Rani langsung terkejut ketika membuka dan mengetahui isi surat itu. Dan saat itu pula ia meneteskan air matanya, tetesan air mata itu terus bertetesan tiada henti. Hingga akhirnya dia membuang surat tersebut dan bergegas pulang.
Melihat hal itu, Hadipun sangat terpukul. Tak jauh beda dengan Rani, Hadipun ikut meneteskan air matanya tiada henti. Hal itu menjadi pengalaman yang paling berharga dalam hidup Hadi.
Keesokan harinya, ketika Hadi mendekati Rani, Ranipun lari meninggalkannya, dan ketika Hadi mencoba untuk mendekati Rani lagi, Rani pun melakukan hal yang sama lagi. Perilaku Rani itu membuat hati Hadi semakin sedih, niat hati untuk minta maaf menjadi sirna seketika. Semenjak itu, keduanya saling menjauh dan tak berteman lagi.
Melihat perilaku Hadi dan Rani, teman-temannya jadi penasaran, dan menanyakannya pada Hadi dan Rani, tetapi keduanya tak mau mengucapkan sepatah kata apapun. Semua pertanyaan teman tak mereka hiraukan sama sekali. Hingga, ketika pelajaran B. Indonesia, giliran P. Farhan bertanya pada Hadi. Namun apa yang terjadi, dia masih tidak mengucap sepatah katapun. Hal itu tak membuat rasa penasaran P. Farhan sirna, dia merayu Hadi dengan lebih halus lagi, dan akhirnya Hadi mau mengucapkan kejadian yang sebenarnya tapi dia minta untuk merahasiakan hal ini dari teman-temannya. Hadipun menceritakan semuanya pada P. Farhan. Setelah menceritakan semuanya, P. Farhan memberi semangat pada Hadi dengan sebuah kata-kata ”Jika kau memang mencintai seseorang, maka kejarlah cinta tersebut tanpa ada rasa ragu sedikitpun” , kata-kata itu langsung membangkitkan semangat Hadi untuk mengungkapkan perasaannya secara langsung pada gadis cantik jelita idamannya.
Tak berlama lama, pada hari itu juga Hadi mencari Rani gadis idamannya tersebut. Seluruh sudut ruangan dia telusuri, bertanya kesana kemari, semua itu dia lakukan demi gadis idamannya. Detik, Menit, dan Berjam jampun dia mencari Rani tapi tidak ada hasilnya. Namun, semua itu tak mematahkan semangat Hadi untuk menemui Rani. Hingga akhirnya tinggal satu tempat yang belum ia datangi, Taman. Diapun langsung bergegas pergi ke taman belakang sekolah. Ternyata tak sia-sia dia menemukan Rani sedang duduk-duduk disana. Dia berlari dan langsung memegang tangan Rani.
“Rani,... Sejak awal aku bertemu denganmu, kau telah memikat hatiku. Ketika kau melihat diriku, hatiku gemetar tak menentu. Dan ketika kau berbicara dengan diriku, saat itulah kau telah meluluhlantakan hatiku. Hari ini aku ingin mengucapkan sesuatu padamu, Maukah kau menjadi kekasihku ???” Rayu Hadi pada Rani. “Awalnya aku memang membencimu, namun ketika kau mulai mencoba untuk mengajakku ngobrol aku mulai sadar bahwa kau anak yang menyenangkan. Tapi, kenapa kau melakukan hal ini. Jujur, sebenarnya aku juga mencintaimu, hanya saja aku kira kita tidak akan bisa bersatu. Status kita berbeda, bukannya aku ingin membedakan kaya dan miskin tapi ....”Jawab Rani sambil meneteskan air mata. “Tapi,.... Tapi kenapa Ran ???” tanya Hadi dengan penuh rasa penasaran. “Tapi,... Tapi,... Tapi aku sudah dijodohkan oleh orang tuaku dengan anak bangsawan dari desa Sumber sari... Maafkan aku Had, mungkin lebih baik kita berteman saja...” Dengan penuh air mata Rani menjawab pertanyaan Hadi tersebut.
Hadipun terpukul, dia sangat kecewa atas apa yang selama ini terjadi. Dia menyesal, kenapa dia harus dipertemukan dengan gadis bangsawan yang cantik jelita yang bisa meluluhlantakan hatinya. Dengan perasaan sedih Rani minta maaf pada Hadi dan langsung meninggalkannya. Tapi, Hadi langsung menghalanginya, “Tunggu,... mungkin selama ini aku salah telah mencintaimu. Mungkin aku juga salah menaruh seluruh perasaanku kepadamu. Oleh karena itu, aku minta maaf atas segala kejadian yang telah terjadi, Kamu benar sebaiknya kita menjadi sahabat saja. Nasibku sama seperti singkong sawah yang tidak dapat disamakan bahkan digabungkan dengan keju mewah karena perbedaan tahta antar keduanya”. Ujar Hadi dengan penuh rasa sedih.
Mulai sejak itulah, mereka berdua menjadi sahabat, bukan menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai.
SEKIAN...
0 Komentar